Book Review | Kami (Bukan) Jongos Berdasi - J.S. Khairen

2 comments
Konten [Tampil]


Judul Buku : Kami (Bukan) Jongos Berdasi
Penulis : J.S. Khairen
Penyunting : MB Winata
Desainer Sampul : @arcahyadi
Penerbit : Bukune
Terbit : Oktober 2019
Tebal Buku : vi + 414 halaman
ISBN : 978-620-220-335-3


B L U R B


Alumni Kampus UDEL kini telah lulus. Masuk ke dunia nyata yang penuh Tikus. Ada yang bertahan, ada yang sebentar lagi mampus.


Kerja di Bank EEK? Ada. Kerjanya pindah terus? Ada. Bimbang ikut keinginan orangtua atau ikut kata hati? Ada. Apa lagi pengangguran banyak acara, pasti ada. Namun, diam-diam ada juga yang kariernya lancer, gajinya mekar, dan jodohnya gempar menggelegar.


Mendapat intimidasi dari rekan kerja, lingkungan, dan keluarga itu sudah biasa. Mendapat cemoohan bagi yang ingin berkarya, jelas jauh lebih biasa. Menerima perlakuan semena-mena, hingga tertawaan dan hinaan adalah sarapan pagi.


Akankah mereka bertahan di dunia yang penuh intrik ini? atau mereka harus jadi jongos berdasi, pura-pura mampu beradaptasi, dengan tantangan dunia yang terus gonta-ganti?




B O O K R E V I E W


Kami (Bukan) Jongos Berdasi merupakan sequel dari novel Kami (Bukan) Sarjana Kertas. Yang awalnya aku kira ini buku non-fiksi ternyata bukan. Dan yang harus kalian tahu setelah buku pertama dan kedua, akan ada buku lanjutannya lagi. Buku ke-empat dan ke-lima. Yang semakin membuatku nggak sabar untuk tahu kehidupan para alumni dari kampus UDEL ini terutama kelompok Ogi. Perjuangan hidup mereka belum berakhir ternyata akan masih terus berlanjut.


Buku ini mengisahkan tentang perjuangan keras dalam menghadapi realita dan impian para anggota kelompok Ogi (Randi, Sania, Juwisa, Gala, Arko, Ogi dan Bu Lira) dalam dunia pekerjaan maupun peliknya kehidupan yang mereka hadapi. Berbagai macam keberuntungan maupun kesialan yang menimpa mereka menghadapi realita dalam bekerja maupun dalam mencari pekerjaan demi mencapai impian dan cita-cita mereka masing-masing.


Ada Randi yang bekerja sebagai wartawan clik bait menulis berbagai macam berita dengan judul tulisan yang sangat sensasional yang ia ‘yakin’ akan sangat menarik perhatian demi kenaikan grafik di web berita kantornya tanpa perduli nyambung atau tidaknya judul berita dengan isi tulisannya. Terlahir dari keluarga broken home membuat Randi mempunyai satu impian yaitu menjadi seorang pengusaha. Sosial Entrepreneur. Namun apa dayanya jika realita tak sesuai harapan. Alhasil cukup baginya menjadi seorang wartawan walaupun tidak dengan gaji tinggi tapi perlahan membuatnya betah dan bersemangat dengan apa yang dikerjakannya. Randi sadar akan situasi dan kondisi kehidupan nyata (mungkin).


Sania yang punya impian ingin menjadi seorang Diva bekerja di sebuah Bank swasta Equity of Kathar (dengan nama singkatannya yang cukup pembaca saja yang tahu). Berkali-kali mendapat teguran dari atasan, di suatu hari Sania ikut membentak atasannya tersebut karena emosi yang sudah tidak terbendung sangking menumpuknya, dengan hasil akhir ia mengundurkan diri. Menjadi seorang pengangguran tidak membuat Sania menyerah, Berbekal pemasukan karena Sania bergabung dengan sebuah band lokal yang tidak terkenal, Sania mulai mencari kerja di lowongan pekerjaan yang tersedia di job fair. Yang akhirnya ia mendapat pekerjaan baru di sebuah perusahaan distribusi barang walaupun baru dua bulan bekerja Sania kembali menjadi pengangguran. Se-apes itukah hidupnya?


Gala satu-satunya di anggota Ogi yang berasal dari kelurga kaya raya. Namun demikian Gala lebih memilih bekerja sebagai guru alih-alih meneruskan perusahaan dan mengabulkan ultimatum sang ayah. Berhubung pun Gala hobi mendaki gunung membuatnya mendapat ide sekaligus yang menjadi impiannya untuk bisa mendirikan sekolah di pingir gunung namun apa daya ia tidak dapat restu dari sang ayah. Tapi itu semua tidak membuatnya nyerah, dengan pekerjaannya yang sekarang Gala terus berupaya agar suatu saat mimpinya bisa terwujud. Apakah Gala akan berhasil?


Arko si mahasiswa abadi yang belum menyelesaikan kuliahnya yang hanya tinggal satu semester lagi, beruntung ia bisa terdampar ke Eropa karena minatnya di fotografi. Walaupun saat ia kembali, membuatnya sadar kalau kecintaannya pada fotografi tidak membuatnya sekeren di Eropa. Belum lagi dengan kondisi Amaknya di kampung dan sang adik yang akan mulai kuliah kedokteran di kampus UDIN, kampus yang diakui kepintaran mahasiswanya dibanding yang berkuliah di UDEL. Apa yang akan dipilih Arko?


Si Ogi yang berbanding terbalik nasibnya dengan Arko adalah mahasiswa D.O yang sukses di negeri Paman Sam sana. Berbagai ide berbisnisnya muncul menggebu-gebu dan Ogi ingin mewujudkannya di negaranya sendiri. Dan karena itu pun Ogi butuh dukungan dari teman-temannya agar semua ide-ide bisnisnya tersebut bisa terwujud satu-satu.


Juwisa si pejuang S2. Semua upaya dikerahkan untuk tercapainya mimpi agar ia bisa melanjutkan S2 ke luar negeri melalui beasiswa LUDP. Dari mulai mengikuti les bimbel, ikut kursus bahasa inggris, bahkan ikut tes CPNS tidak ia lewatkan demi memenuhi kebutuhan hidupnya selagi menunggu persiapannya untuk S2. Hingga suatu hari semua rencana dan semangatnya seakan tidak direstui sang Mahapasti, hidupnya kembali ke titik nol karena sebuah kecelakaan yang menghancurkan segala persiapan untuk mewujudkan mimpinya.


Lira si Ibu Dosen yang bergabung dalam anggota Ogi sekaligus yang tertua di antara yang lainnya, membuatnya menjadi tempat curhat atau kadang yang dimintai pendapat. Menjadi lulusan S3 di Amerika Lira pun punya permasalahannya sendiri terkait Kampus UDEL yang didirikan oleh sang Ayah yang terancam bubar dan juga impian pendidikannya yang belum membuahkan hasil.


Membaca buku ini mengajarkan kita tentang banyak hal. Terutama terkait realita dan impian. Karena apa yang kita inginkan dan ingin kita capai prosesnya tidak semudah yang kita bayangkan. Bahkan terkadang apa yang kita impikan, yang berhasil kita raih malah diluar impian kita. Maka dari itu kita sebagai manusia hanya bisa merencana, untuk hasilnya semua di atur oleh yang mahapasti.


Di ceritakan dari dudut pandang orang ketiga dari setiap karakter tokohnya. Membuat kita bisa memahami bagaimana perasaan mereka saat mencari pekerjaan atau menjalani pekerjaan dan bahkan menggapai impian mereka masing-masing untuk menjadi seseorang yang sukses dengan realita yang tak mendukung bahkan banyak yang tidak sesuai harapan.


Novel ini terbilang padat tokoh. Semuanya diceritakan sesuai porsinya masing-masing. Dan setiap tokoh punya hal menariknya tersendiri dengan kisah dan perjuangan yang mereka jalani dan hadapi. Untuk karakter tokoh favoritku Juwisa. Kenapa? karena lika-liku untuk menggapai impian dan berbagai macam cobaan yang dihadapinya tidak membuat Juwisa mengeluh ataupun membuatnya terbebani. Malah sebaliknya. Juwisa semakin bersemangat. Dan perjuangan Juwisa memang patut di apresiasi. Apalagi di saat sisa terakhir impiannya yang hampir tercapai, takdir seakan bermain dengan Juwisa. Bukan berarti karakter tokoh lainnya tidak aku sukai. Tidak. Semuanya aku suka. Bagaimana perjuangan mereka dengan latar belakang yang berbeda. Dengan semangat juang mereka masing-masing dalam menghadapi realita kehidupan. Tokoh-tokohnya ini punya porsinya tersendiri untuk membuatku menyukai mereka. Dan sayangnya untuk bagian Ogi aku ngearasa kurang puas. Karena aku penasaran bagaimana sepak terjangnya hingga bisa sukses di Negara Paman Sam sana, bagaimana proses yang ditempuhnya, ditambah lagi Ogi yang adalah mahasiswa D.O dan ini menjadi sesuatu yang paling membuatku sangat penasaran. Mahasiswa D.O yang tiba-tiba sudah sukses aja.


Ini kali pertama aku baca karyanya penulis dan aku dibuat suka dengan gaya berceritanya. Menggunakan bahasa kekinian, sehingga saat membacanya seperti kita sedang mendengar orang bercerita kisah hidupnya. Dan juga ada beberapa dialog menggunakan bahasa daerah minang dan ini hanya pada keluarganya Arko saja. Walaupun seringnya muncul bahasa yang kekinian banget, seperti ajigijaw, dan ada beberapa lagi kata-kata yang serupa yang pada awal-awalnya sempat membuatku mengerutkan kening saat membacanya, tapi its oke lah. Yang sangat aku sayangkan di dalam penulisan buku ini adalah terdapat kata-kata yang menurutku nggak seharusnya ada dalam sebuah buku yang terbit. Kata makian kasar (nama binatang) dan mungkin ada baiknya kata itu diganti saja dengan yang lebih sopan. Terutama saat bagian adegan atasan Sania yang mengeluarkan kata-kata itu. Aku pribadi merasa risih saat membacanya. Karena itu kan sudah masuk dalam etika dan tata bahasa dalam pekerjaan. Iyakan. Ada yang sependapat?


Dan yang menjadi daya tarik lainnya di novel ini adalah jalinan persahabatan para tokohnya yang luar biasa inspiratif banget buat kita pembaca. Siapa sih yang nggak pengen punya sahabat seerat dan seawet mereka. Dari jaman kuliah masih saja awet. Bahkan di saat ada salah satu dari mereka punya masalah, yang lainnya tidak segan-segan meninggalkan apa yang sedang mereka kerjakan demi teman mereka yang sedang butuh. Salah satu yang ngebuat aku terharu (nyesek) bangett pas adegan Juwisa kecelakaan. Bagian ini luar biasa sekali memang. Bahkan Sania yang akan menandatangani kontrak impiannya saja rela pergi begitu saja begitu mendengar kabar buruk tersebut. Nggak hanya Sania yang lainnya juga. Mereka saling mensupport, saling ada satu sama lain di setiap waktu.


Untuk moral story-nya, banyak sekali motivasi-motivasi yang diselipkan dengan quote inspiratif yang bisa membuat pembaca menjadi lebih mawas diri, lebih menerima keadaannya yang sekarang, tidak perlu melihat kesuksesan orang lain menjadi suatu beban tapi jadikan itu sebagai motivasi diri untuk lebih bersemangat lagi dalam menjalani hidup dan rintangan. Jangan pernah putus asa dan pantang menyerah jika apa yang kita impikan belum tercapai, tapi teruslah berusaha layaknya mendaki sebuah gunung untuk mencapai puncaknya. Seperti itulah sebuah impian. Dan yang paling penting realita itu lebih kejam dari apapun yang ada di dunia ini. So bijaklah dalam melewatinya.


Oveall, seperti yang ditulis di bagian blurbnya, buku ini bisa dibaca untuk semua kalangan. Baik itu pelajar SMA, mahasiswa, para orangtua, karyawan, petinggi perusahaan, para pencari kerja, mereka yang ingin berkarya, para pengambil kebijakan di berbagai institusi, hingga Presiden Korea Utara agar kita bisa memutuskan, apakah besok kita libur atau kerja dan terus berkarya.


Tetap semangat untuk terus menggapai mimpi ya…

R A T I N G : 3.5

Related Posts

2 comments

Post a Comment