Book Review | Seven Days - Rhein Fathia

Post a Comment
Konten [Tampil]
Baca juga yaa... [Book Review | Gloomy Gift by Rhein Fathia]

***
Judul : Seven Days
Penulis : Rhein Fathia
Penrbit : Qanita | PT. Mizan Pustaka
Penyunting : HP Melati
Proofreader : Yunni Yuliana M.
Desainer Sampul : Aditya Satyagraha
Pengarah Desainer Sampul : Dodi Rosadi
Desainer Isi : Nono
Halaman : 296 hlm
Tahun Terbit : 2013
Cetakan Pertama : Februari 2013
ISBN : 978-602-9225-72-3

Book Sinopsis :

Tujuh Hari Bersamamu

Days 1
Selamat pagi, Pantai Kuta. Selamat pagi, Shen.

Days 2
Ah, kamu membawaku ke Pasar Seni Sukowati, tempat favoriteku.

Days 3
Sendratari Ramayana ini membuatku bertanya-tanya, apa aku sudah bertindak tidak setia?

Days 4
"Aku juga punya rasa takut. Aku takut kamu terluka!

Days 5
Seminyak, kamu, kejutan, dan pantai di malam ini.

Days 6
Pantai Padang-Padang ini menjadi saksi kamu mengacaukan semuanya...

Days 7
Bandara Ngurah Rai. Kami, sepasang sahabat sejak kecil, yang kinibersikap seperti orang asing...

***
Let's Go To Review...

Cukup pasaran kali yaa kalau ada cerita tentang sahabat berubah menjadi cinta. Tapi berbeda dengan novel karyanya Rhein Fathia yang satu ini loh. Walaupun cerita antar sahabat menjadi cinta tidak menyurutkan semangat penulis kece seperti Rhein Fathia ini. Penyajian ceritanya berbeda-beda. Dan terbukti novel ini menjadi pemenang pertama dalam lomba penulisan Romance yang diadakan oleh Penerbit Qanita.

Seven Days Tujuh Hari Bersamamu karyanya Rhein Fathia ini merupakan novel yang menceritakan kisah tentang seorang gadis yang beranjak usia 25 tahun yang terjebak diantara 2 lelaki yang sama-sama mencintainya.

Alnilam Rahma Soemita. Yang disapa Nilam oleh sahabatnya Shein Luthfi Ardiwinata, yang berusia 25 tahun ini bekerja disebuah perusahaan sebagai Desain Freelance sedangkan Shen bekerja disebuah Biro Arsitek. Dan mereka sama-sama memiliki hobi melukis dan pencinta lukisan dan langit bahkan nama mereka sama-sama diambil dari sebuah rasi Bintang Orion.

Karena hubungan persahabatan mereka sudah terjalin dari kecil dan sudah sangat dekat, Nilam selalu mengikutsertakan Shen dalam setiap langkah kehidupannya. Shen tahu pria mana-mana saja yang menjadi pacar Nilam atau yang menjadi mantan-mantannya Nilam. Termasuk pacarnya yang sekarang yang bernama Reza yang sudah menjalin hubungan selama 3 tahun, bahkan reza telah melamarnya tetapi belum diberi keputusan jawaban oleh Nilam.

Untuk ukuran seorang laki-laki Reza termasuk kedalam kategori pria idaman. Tampan, sopan, sabar, pekerja keras, dan tidak posesif. Serta gigih dan tidak putus asa ketika mendekati Nilam. Hal inilah yang membuat Nilam jatuh hati kepada sosok Reza. Walaupun hubungan mereka jarak jauh, dengan dengan menjaga kepercayaan dan kesetiaan masing-masing, hubungan mereka berjalan dengan baik hingga 3 tahun lamanya.

Hubungan persahabatan, kepercayaan dan kesetiaan yang sudah mereka jalani selama ini perlahan berubah ketika Shen tiba-tiba mengajak Nilam untuk berlibur ke Bali dengan alasan Shen untuk yang terakhir kalinya sebelum Nilam terikat pernikahan dengan orang lain hingga membuat kebersamaan mereka berkurang. Dan Nilam yang awalnya ragu akhirnya mengiyakan dengan izin Reza pastinya melalui Shen. Ntah apa yang dikatakan Shen dengan Reza hingga reza memberi izin Nilam pergi dengannya ke Bali, kota yang penuh dengan nuansa langit dan pantai yang indah, eksotis yang sangat memanjakan mata tersebut.

Bali. Kota yang menjadi setting penuh didalam novel ini. Dalam penyajian tempat penulis membuat kita seakan-akan menikmati pemandangan yang ada disana dan mengajari kita budaya yang masih kental di beberapa tempat dipulau Dewata tersebut. Dan disetiap tempat yang ada di Bali juga merupakan saksi akan kesenangan dan keromantisan yang timbul diantara mereka. Apalagi Shen yang tiba-tiba berubah menjadi romantis dan lembut selama kebersamaan mereka di Bali.

Hingga puncaknya dihari terakhir liburan mereka yang sedang menikmati indahnya pemandangan pantai Padang-Padang tiba-tiba semuanya berubah dalam sekejap atas hal yang mereka lakukan. Hubungan yang awalnya merupakan persahabatan perlahan berubah menjadi sosok orang asing diantara keduannya.

"Pantai Padang-Padang ini menjadi saksi kamu mengacaukan semuanya ...."
"Bandara Ngurah Rai. Kami, sepasang sahabat sejak kecil, yang kini bersikap seperti orang asing ...."

Secara keseluruhan cerita ini luar biasa. Hanya saja disini lebih banyak menceritakan tentang perjalanan mereka selama di Bali detail wisatanya dari pada hal-hal yang berbumbu keromantisan. Untuk cerita ini aku beri 3/4 bintang deh dari 5.

Kejutan-kejutan manis yang tersaji didalam novel ini membuat aku langsung melahap habis tidak tega rasanya untuk langsung menyudahi dan menutup novel ini. :) Novel ini memang layak untuk jadi pemenang pertama dilomba penulisan yang diadakan Penerbit Qanita.

Dalam novelnya Rhein Fathia ini juga menyuguhkan berbagai macam bumbu-bumbu manis dan pelengkap sehingga membuat pembaca tidak jenuh dan dibuat kita sebagai pembaca terus penasaran akan lembaran-lembaran halaman selanjutnya. Penulis juga menggambarkan latar dan peranan tokohnya seakan-akan kejadian yang ada didalam novel ini merupakan pengalamannya yang dialaminya sendiri. Novel bertema cinta ini sangat cocok dibaca oleh kalangan remaja. Dan juga penggambaran pulau Dewata yang sangat eksotis dan penduduknya yang ramah lingkungan.

.... "Nilam menurutku ada dua jenis cinta dalam memilih pasangan hidup."
.... "Ada cinta yang tumbuh karena witing trisno jalaran soko kulino," tutur Shen lirih. "Mungkin itu yang kamu rasakan dengan Reza. Lalu, ada juga cinta yang memang muncul tanpa ada alasan. Cinta itu hadir, ditujukan pada seseorang, karena memang hati memilihnya," lanjutnya.
.... "Kamu sendiri pilih cinta yang mana, Shen?"
Senyum lembut Shen tersungging matanya masih menatapku lekat. "Aku punya jenis cinta yang kedua." (hlm. 103)

"Kamu tahu arti permainan kita tadi?" tanya Shen.
"Supaya fobiaku hilangkan?" kataku.
Kepala Shen menggeleng. Salah satunya iya. Tapi, aku ingin kamu mengerti bahwa sering kali kita menghadapi hal yang nggak disuka, hal yang kita takuti. Ketika belum bisa menemukan solusi, yang bisa kamu lakukan hanya menutup mata tak peduli dan terus berjalan tanpa takut." (hlm. 137)

Rating : 3.5 of 5 

Related Posts

Post a Comment